*ANAKKU SAYANG*
Suatu kisah nyata yang sangat inspiratif . Kisah ini dari sebuah keluarga yang memiliki 4 orang anak. Tiga orang anaknya lahir normal dan sangat genius, tetapi satu orang terlahir berkebutuhan khusus. Ketiga orang yang normal tadi menjadi *Anak kesayangan* orangtuanya di kala mereka menunjukkan karya dan presatasi mereka dalam sekolah dan pekerjaan mereka. Tetapi anak yang berkebutuhan khusus ini sering diabaikan karena dianggap tidak punya kemampuan apa-apa. Bahka mereka sering melupakannya dalam perjalanan kehidupan rumahtangga mereka.
Namun setelah ketiga anak yang hebat itu telah sibuk di perusahaan dan keluarga mereka masing-masing, mereka tidak punya waktu lagi untuk merawat dan memperhatikan orangtua mereka yang sudah sakit-sakitan. Lalu di saat itulah si anak yang tak dibanggakan ini muncul sebagai penolong dan pendamping orangtuanya yang setia. Di tengah keterbatasannya dengan sepenuh hati merawat orangtua yang dikasihinya.
Sekarang pertanyaan kita siapakah *Anak kesayang* yang sebenarnya?
Mari menyimak kisah ini.
Senangkah anda bila
anak anda lulusan IPB, ITB, UI, UGM atau bahkan di Amerika / Eropa ?…
Lalu kerja di Amerika…?
Aku seorang pensiunan pegawai Kantor Walikota. Usiaku sudah 63 tahun dan sekarang duduk di kursi roda karena suatu penyakit. Suamiku meninggal sewaktu aku memasuki masa pensiun. Anak-anakkami ada 4 orang, semuanya berprestasi kecuali si bungsu. Yang bungsu, menderita kelainan, wajahnya tidak sempurna dan tingkah lakunya tidak sesuai dengan umurnya. Tapi memiliki hati yang baik dan suka menolong. Ketiga anakku yang lain adalah sarjana ITB, 2 orang mendapat bea siswa ke Amerika dan Jerman dan sekarang ketiga-tiganya sudah punya perusahaan sendiri yang maju, dan hidup sangat berkecukupan.
Setelah suamiku meninggal aku tinggal berdua saja dengan si bungsu. Pagi-pagi dia mengangkatku ke kamar mandi, setelah itu mengangkatku lagi ke kursi roda. Dia membantuku berpakaian. Dia juga rajin memasak makanan kesukaanku. Tiap pagi dia membawaku dengan kursi roda keliling kompleks untuk menikmati matahari.
Dalam hidupku yang sepi ini aku sering menangis kalau memandang wajah si bungsu. Bukan karena dia cacat, tapi karena kami selama ini telah menyia-nyiakannya, menyisihkannya dari anak-anakku yang lain. Aku tidak bisa melupakan bagaimana kami tidak pernah mengajaknya liburan bersama kakak-kakaknya, tidak pernah mengikutkannya dalam acara keluarga atau kumpul-kumpul dengan teman dan kerabat. Bahkan dalam foto keluargapun kami tidak mengikut sertakannya. Kami seakan hanya punya 3 anak. Aku juga tidak pernah lupa bagaimana bangganya kami dgn prestasi kakak-kakaknya sejak mereka masuk sekolah TK sampai selesai kuliah. Semua orang kagum dan memuji mereka dan salut dengan cara kami mendidik mereka.

Anak sukses mengambil jalannya masing-masing
Waktu berlalu, sejak anak-anakku berkeluarga, mereka kelihatan sangat sibuk. Mereka jarang menelepon, pulang kerumah waktu liburanpun sekali-kali saja. Natal tahun lalu si sulung pulang sekeluarga. Tapi aku heran dan sedih, mereka tidak mau menginap di rumah kami, rumah tempat dia dibesarkan. Mereka lebih memilih tinggal di hotel. Setelah acara kebaktian pagi perayaan Natal, aku dan si bungsu sudah siap menunggu mereka dengan hidangan rawon dan empal daging kesukaan anakku. Sampai siang mereka belum muncul, kemudian berangsur sore mereka belum juga datang. Aku sudah berusaha beberapa kali menelepon, tetapi teleponnya tidak diangkat. Setelah jam 20.00 malam, si sulung yang kutunggu-tunggu datang juga. Tapi tanpa anak-anak dan istrinya. Katanya ringan, “Mereka capek seharian pergi puter-puter kota, dan sekarang ingin tidur”. Waktu kukatakan kalau rawon dan empal sudah disediakan, dia menjawab, “Sudah makan Ma, kenyang”. Kemudian dia berbalik dan kembali ke hotel. Aku duduk terhenyak. Kenapa semuanya berubah begini? Dia kebanggaanku dari dulu kenapa sekarang jauh berbeda?…
Ya Tuhan Allahku, aku menangis tersedu-sedu. Si Bungsu berlutut di hadapanku sambil memegangi tanganku dan berkata: _*”Ma, jangan nangis, nanti Mama sakit. Empalnya kita aja yg makan. Aku suka kok, Mama juga suka kan?”..*_ Dia memelukku sembari menghapus air mataku… Kami berpelukan erat. Lalu saya berdoa dalam hatiku:
_*Ampuni hamba ya Tuhan Allah, karena telah menyia-nyiakan karunia terindahMu yang berhati emas ini. Ampuni hamba telah pilih kasih kepada titipanMu. Ampuni hamba telah me-nyia-nyiakan kepercayaanMu yang telah menitipkan dia yang tidak sempurna ini. Ampuni hamba telah menganggapnya tidak ada. Ampuni hamba telah merasa malu menerima titipanMu ini ya Tuhan. Ampuni hamba telah sombong membangga-banggakan kakak-kakaknya. Ya Tuhan Allah, hamba orang yang hina… Ampuni hamba ya Tuhan… Amin*_
*Refleksi*
Kisah Ini Sangat Mengharukan… dan Membuat Kita Semakin Tersadar Bahwa Kadang Tuhan Allah Memberikan Sesuatu Yang_ _*Menurut kita bukan yang terbaik…*_ Namun _*Tuhan Allah mempunyai satu rencana indah… Ternyata… itulah KARUNIA INDAH yang terbaik untuk kita… dan membuat kita bahagia….*_
Semoga bermanfaat dan semakin memotivasi kita menghargai segala pemberian TUHAN dalam hidup kita.
_NB:_
Tolong dishare agar bermanfaat bagi orang banyak.